Hampir 40 tahun lalu, Gordon Moore, direktur riset Fairchild
Semiconductor mengamati bahwa setiap 18 bulan, kekuatan prosesor
meningkat dua kali lipat Dalam satu tahun, jumlah transistor yang dapat
dimampatkan dalam satu chip silicon secara ekonomis berlipat ganda.
Fenomena yang dikemukakan peraih gelar Ph.D di bidang Kimia dan
Fisika dari California Institute of Technology itu dikenal sebagai,
'Moore's Law'. Gordon Moore kini menjabat sebagai Chairman Emeritus di
perusahaan prosesor dunia Intel Corporation.
Berangkat dari hukum Moore itu, lembaga riset pasar Gartner
memprediksikan tahun 2008 umum dijumpai di rumah-rumah PC desktop
berkecepatan 40 GigaHertz dan memori (RAM) 12 Gigabytes. Media
penyimpanannya mencapai 1,5 terabytes (1500 Gigabytes), sementara lalu
lintas data pada local area network (LAN) mendekati 100Gigabit per
detik.
Kecepatan prosesor terus meningkat hingga 150GHz pada 2011 dengan
enam terabytes media storage. Belum lagi kemajuan teknologi fisika
kuantum seperti transistor nanotubes dan spintronics yang diyakini
melipatgandakan unjuk kerja komputer.
Kekuatan komputer yang sebesar itu sangat mungkin mengubah cara
manusia menggunakannya. Menurut prediksi Gartner, pada 2008 sebagian
besar manusia mengadaptasi remote computing.
Pada saat itu, PC kemungkinan hanya terdiri dari peranti output
-monitor, printer- dan peranti input -keyboard, mouse saja. Semua proses
dan penyimpanan data dilakukan oleh 'komputer bersama' nun jauh di
sana.
Hasil proses dikirimkan melalui bandwidth kepada PC pengguna,
layaknya listrik disalurkan ke rumah-rumah dari reaktor pembangkit
melalui sejumlah gardu.
Komputasi jarak jauh itu dimungkinkan karena kapasitas bandwidth
sudah sedemikian besarnya. Biaya remote computing akhirnya menjadi lebih
murah ketimbang local computing. Proses komputasi pun menjadi sebuah
layanan publik. Pengguna tinggal menyediakan monitor dan papan ketik,
lalu mencolokannya ke jaringan. Tidak perlu upgrade atau mengganti hard
disk jika sudah penuh, karena itu akan dilakukan oleh perusahaan
penyedia layanan yang dikenal sebagai application service provider.
Berkonsolidasi
Analis Gartner Carl Claunch memprediksikan sedikitnya satu
perusahaan teknologi informasi yang tergolong kelas kakap, menghilang
mulai 2004. Entah akibat akuisisi, merger, kehilangan pasar atau
teknologinya absolete. Perusahaan-perusahaan dot com pun berguguran dan
ibarat kolam, ikan besar memangsa ikan kecil.
Sebelum akhir 2007, industri teknologi informasi memasuki masa
oligopoli -segelintir vendor menguasai pasar. Setelah konsolidasi,
industri ini akan kembali tumbuh dan menghasilkan inovasi baru.
Konsolidasi vendor besar itu berdampak pada model arsitektur sistem
teknologi informasi pada perusahaan. Jumlah vendor yang tidak terlalu
banyak membuat peranti lunak dan peranti keras lebih kompatibel antara
satu dengan yang lainnya.
Aplikasi dan middleware di masa datang akan lebih mudah diatur dan
dikonfigurasi ulang sehingga lebih adaptif terhadap perubahan bisnis.
Aplikasi bisnis tidak saja menyatukan berbagai divisi internal, tetapi
sudah menghubungkan perusahaan dan lembaga bisnis dalam satu ekosistem
ekonomi. Claunch menyebut arsitektur aplikasi ini sebagai
interenterprise system.
Konsep konektivitas ini merupakan evolusi dari enterprise resources
planning (ERP), customer relationship management (CRM) dan supply chain
management (SCM).
Saling keterkaitan antar unit bisnis inilah yang dijanjikan oleh Web
Services dan standar industri extensible markup language (XML). Bila
pasar menyambut keduanya dengan baik, aplikasi akan memiliki kemampuan
plug-and-play sesuai kebutuhan bisnis.
Hasil akhirnya, produktivitas dan efisiensi perusahaan melonjak
drastis dan ujung-ujungnya akan mendongkrak ekonomi secara makro.
Perusahaan mengoptimalkan Internet dan Intranet untuk menjalankan
bisnisnya kapan saja, dimana saja dengan biaya serendah mungkin.
Namun, meningkatnya produktivitas diramalkan membuat banyak orang
kehilangan pekerjaan. Sistem otomatisasi akan memangkas kebutuhan tenaga
kerja manusia.
Pada 2005, diperkirakan 70% perusahaan yang bergerak lewat Internet
jumlah karyawannya berkurang 10% dan pada 2010, sebanyak 60% perusahaan
mengurangi 30% karyawannya.
Analis Gartner mengingatkan pengurangan ini baru terjadi pada saat
tingkat utilisasi sistem otomatisasi mencapai 100%. Di tahun sebelumnya,
kebutuhan tenaga kerja teknologi informasi akan melonjak terlebih
dahulu guna menyiapkan peranti keras dan lunak untuk otomatisasi itu.
Peranan bank
Presence service bisa diartikan sebagai segala macam layanan yang
mendukung keberadaan individu. KTP, SIM, Kartu ATM, Kartu Kredit, Smart
Card, alamat email, dan user ID adalah beberapa diantara jenis layanan
itu. Tanpanya manusia modern tidak bisa berbuat apa-apa, tidak diakui
keberadaannya.
Kehadiran presence service ini berawal dari konsep 'one-click
Internet' yang menawarkan pengaturan preferensi dan informasi sesuai
kebutuhan pengguna ketika berselancar di Internet.
Ke depan, bank akan lebih banyak berperan sebagai presence service
provider karena sektor ini sarat dengan teknologi informasi dalam
menjalankan bisnisnya. Disamping itu, bank sudah biasa berurusan dengan
security dan privacy nasabahnya. Gartner memprediksikan 70% bank sukses
mengelola layanan ini sebelum 2007.
Dari potret masa depan itu, terlihat peranan teknologi informasi
dalam dunia bisnis semakin besar. Teknologi informasi tidak lagi
dipandang sebagai cost center, bukan juga hanya sebagai profit center
tetapi sudah menjadi enabling factor -faktor penyedia yang memungkinkan
bisnis berjalan. Dalam setiap keputusan bisnis terkandung muatan
teknologi informasi yang semakin kental, begitu juga sebaliknya.
Sumber: http://techno-media.blogspot.com/2004/06/mengintip-bisnis-teknologi-informasi.html